10-year old preaches to thousands /
Usia 10 tahun berkhotbah kepada ribuan orang
Moko – a 10-year old boy from Indonesia heavily anointed with the gift of preaching. On the outset, he looks and behaves like any regular 5th grader. Unassuming and a tad reserved, he commands a huge appetite that seems to need quenching every 2 hours. Perhaps such a large reserve is needed for the thousands of people who flock to hear him and be ministered to at each service.
Moko - seorang anak laki-laki berumur 10 tahun yang diurapi secara kuat dengan karunia berkhotbah. Pada penampilan luar, ia nampak dan bertingkah seperti siapapun anak kelas empat lazimnya. Bersahaja dan agak pendiam, ia menuntut suatu selera makan yang amat besar sehingga kelihatannya perlu dipuaskan setiap 2 jam. Barangkali persediaan sebesar itu dibutuhkan untuk ribuan orang yang berkerumun untuk mendengarkan dia dan dilayani pada setiap kebaktian.
The heavy interest in this kid hailing from Poso, Central Sulawesi, is understood the minute he takes to the stage. His first words are confidently loud and clear coupled with tack sharp articulation that reeks a noticeable Indon accent. He focuses the audiences’ attention to Scripture almost immediately, cheekily chiding those who did not bring their Bibles. A short passage is read from Matthew – about a woman who touched Jesus’ cloak. Moko wastes no time in getting to the heart of the matter. His excitement and charisma show no signs of dwindling as he delves into the main points of the sermon, beckoning all to realise the importance of faith, hard work, and sincerity in claiming healing by the power of prayer. Dynamic facial expressions and intonation are infused as the petite preacher paces the length and breadth of the stage.
Daya tarik yang besar terhadap bocah yang dielu-elukan dari Poso, Sulawesi Tengah ini, dimengerti begitu dia naik ke atas panggung. Kata-kata pertamanya lantang dan jelas dengan penuh kepercayaan diri ditambah dengan artikulasi tajam meyakinkan yang menampakkan aksen Indon yang nyata. Ia segera memfokuskan perhatian hadirin kepada Alkitab, dengan berani menyindir orang-orang yang tidak membawa Alkitab-Alkitab mereka. Suatu bagian ayat dibacakan dari Matius - mengenai seorang wanita yang menyentuh jumbai jubah Yesus. Moko tidak membuang-buang waktu masuk ke dalam inti dari perihal itu. Semangat dan karismanya menunjukkan tidak ada tanda-tanda berkurang selagi ia menyelidiki poin-poin utama dari khotbah itu, memberikan pesan kepada semua orang untuk menyadari pentingnya iman, kerja keras dan ketulusan dalam mengklaim kesembuhan melalui kuasa doa. Ekspresi-ekspresi wajah dan intonasi yang dinamik dimasukkan selagi si pengkhotbah yang gemar makan itu melangkah bolak-balik di seluruh panggung.
Tonight is a rather formal church service with the biggest turnout the host church has ever seen. Crowds overflow unto the walkways and car park where a projector linked to live video feed has been set up so that more can be privy to the proceedings inside the building.
Malam ini kebaktian gereja cukup formal dengan kehadiran terbanyak yang gereja tuan rumah pernah lihat. Orang banyak melimpah sampai ke jalan dan tempat parkir dimana suatu proyektor yang dihubungkan dengan masukan live video telah diatur sehingga lebih banyak orang bisa ikut serta dalam proses yang terjadi di dalam gedung.
The service ends with Moko’s pastor reiterating that while Moko is indeed a gifted preacher, all glory should rightly go to God; the Giver of all spiritual gifts. To some, Moko may be a celebrity in his own right. However it is reassuring to know that the young boy himself has got his feet planted on the ground and sights set on heaven. As quoted when asked about his (relationship) status: “ Bujang; Tuhan empunya” (single; belonging to God).
Kebaktian itu diakhiri dengan pengulangan pesan pendetanya Moko bahwa sementara Moko adalah benar-benar pengkhotbah yang dikaruniai, seluruh kemuliaan selayaknya harus diberikan kepada Tuhan, Sang Pemberi semua karunia rohani. Bagi beberapa orang, Moko mungkin saja adalah seorang selebriti dalam dunianya sendiri. Bagaimanapun juga, adalah menentramkan untuk mengetahui bahwa anak muda itu sendiri telah memiliki kaki yang tertanam di atas dasar dan pandangan-pandangannya tertuju ke surga. Sebagaimana dikutip ketika ditanyakan tentang status (hubungan)-nya: "Bujang, Tuhan empunya".
Moko - seorang anak laki-laki berumur 10 tahun yang diurapi secara kuat dengan karunia berkhotbah. Pada penampilan luar, ia nampak dan bertingkah seperti siapapun anak kelas empat lazimnya. Bersahaja dan agak pendiam, ia menuntut suatu selera makan yang amat besar sehingga kelihatannya perlu dipuaskan setiap 2 jam. Barangkali persediaan sebesar itu dibutuhkan untuk ribuan orang yang berkerumun untuk mendengarkan dia dan dilayani pada setiap kebaktian.
The heavy interest in this kid hailing from Poso, Central Sulawesi, is understood the minute he takes to the stage. His first words are confidently loud and clear coupled with tack sharp articulation that reeks a noticeable Indon accent. He focuses the audiences’ attention to Scripture almost immediately, cheekily chiding those who did not bring their Bibles. A short passage is read from Matthew – about a woman who touched Jesus’ cloak. Moko wastes no time in getting to the heart of the matter. His excitement and charisma show no signs of dwindling as he delves into the main points of the sermon, beckoning all to realise the importance of faith, hard work, and sincerity in claiming healing by the power of prayer. Dynamic facial expressions and intonation are infused as the petite preacher paces the length and breadth of the stage.
Daya tarik yang besar terhadap bocah yang dielu-elukan dari Poso, Sulawesi Tengah ini, dimengerti begitu dia naik ke atas panggung. Kata-kata pertamanya lantang dan jelas dengan penuh kepercayaan diri ditambah dengan artikulasi tajam meyakinkan yang menampakkan aksen Indon yang nyata. Ia segera memfokuskan perhatian hadirin kepada Alkitab, dengan berani menyindir orang-orang yang tidak membawa Alkitab-Alkitab mereka. Suatu bagian ayat dibacakan dari Matius - mengenai seorang wanita yang menyentuh jumbai jubah Yesus. Moko tidak membuang-buang waktu masuk ke dalam inti dari perihal itu. Semangat dan karismanya menunjukkan tidak ada tanda-tanda berkurang selagi ia menyelidiki poin-poin utama dari khotbah itu, memberikan pesan kepada semua orang untuk menyadari pentingnya iman, kerja keras dan ketulusan dalam mengklaim kesembuhan melalui kuasa doa. Ekspresi-ekspresi wajah dan intonasi yang dinamik dimasukkan selagi si pengkhotbah yang gemar makan itu melangkah bolak-balik di seluruh panggung.
Tonight is a rather formal church service with the biggest turnout the host church has ever seen. Crowds overflow unto the walkways and car park where a projector linked to live video feed has been set up so that more can be privy to the proceedings inside the building.
Malam ini kebaktian gereja cukup formal dengan kehadiran terbanyak yang gereja tuan rumah pernah lihat. Orang banyak melimpah sampai ke jalan dan tempat parkir dimana suatu proyektor yang dihubungkan dengan masukan live video telah diatur sehingga lebih banyak orang bisa ikut serta dalam proses yang terjadi di dalam gedung.
The service ends with Moko’s pastor reiterating that while Moko is indeed a gifted preacher, all glory should rightly go to God; the Giver of all spiritual gifts. To some, Moko may be a celebrity in his own right. However it is reassuring to know that the young boy himself has got his feet planted on the ground and sights set on heaven. As quoted when asked about his (relationship) status: “ Bujang; Tuhan empunya” (single; belonging to God).
Kebaktian itu diakhiri dengan pengulangan pesan pendetanya Moko bahwa sementara Moko adalah benar-benar pengkhotbah yang dikaruniai, seluruh kemuliaan selayaknya harus diberikan kepada Tuhan, Sang Pemberi semua karunia rohani. Bagi beberapa orang, Moko mungkin saja adalah seorang selebriti dalam dunianya sendiri. Bagaimanapun juga, adalah menentramkan untuk mengetahui bahwa anak muda itu sendiri telah memiliki kaki yang tertanam di atas dasar dan pandangan-pandangannya tertuju ke surga. Sebagaimana dikutip ketika ditanyakan tentang status (hubungan)-nya: "Bujang, Tuhan empunya".
And Jesus came and spake unto them, saying, All power is given unto me in heaven and in earth. Go ye therefore, and teach all nations, baptizing them in the name of the Father, and of the Son, and of the Holy Ghost: Teaching them to observe all things whatsoever I have commanded you: and, lo, I am with you alway, even unto the end of the world. Amen.
Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Amin.
(Mat. 28:18-20)
Be blessed more by reading all of this Sulawesi series!
Diberkatilah lebih lagi dengan membaca seluruh serial Sulawesi ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar