RUNTUHNYA TEMBOK GEREJA
Refleksi Eklesiologis Pemulihan Umat Allah Di Meko
by Asyer Tandapai[1]
Pada mulanya, manusia menciptakan satu Tuhan yang merupakan Penyebab pertama bagi segala sesuatu dan Penguasa langit dan bumi. Dia tidak terwakili oleh gambaran apapun dan tidak memiliki kuil atau pendeta yang mengabdi kepadanya.
(Karen Armstrong, Sejarah Tuhan: Kisah Pencarian Tuhan Yang Dilakukan Oleh Orang-Orang Yahudi, Kristen, Dan Islam Selama 4.000 Tahun, Bandung: Mizan, 2002, hlm. 27).
Demikian Maklumat Karen Armstrong dalam tulisannya menelusuri sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan. Pernyataan Armstrong dapat juga disebut sebagai antitesis terhadap universalisme Allah bahwa “Pada mulanya Allah menciptakan Langit dan Bumi” mengalami penyempitan makna oleh tafsir subjektif seolah-olah Allah hanya berkuasa pada agama atau gereja tertentu saja. Sepanjang sejarah kehidupan manusia beragama, tafsir tentang kekuasaan Tuhan mengalami pengakuan yang telah menempatkan kehidupan umat manusia pada dua kutub berbeda dan pada waktu-waktu tertentu perjumpaannya satu sama lain dipersepsi sebagai benturan peradaban (Clash of Civilizations).
Pada tulisan ini, akan diupayakan suatu refleksi eklesiologis (makna menggereja) sebagai apresiasi atas fenomena pemulihan umat manusia yang terjadi kurang lebih lima bulan terakhir di kampung Meko, Kecamatan Pamona Barat, Tana Poso. Bagi mereka yang sempat melakukan ziarah ke Meko, tentunya ada rumusan iman yang berbeda sebagai pengalaman spiritual. Karena itu dengan perasaan hormat atas keragaman refleksi, perkenankan tulisan ini mencoba melihatnya dalam perspektif yang mungkin berbeda dari pengalaman iman masing-masing orang, terlebih dengan pemilihan judul “Runtuhnya Tembok Gereja” yang terkesan provokatif. Hal yang ingin dicapai dari tulisan ini, bahwa Keajaiban Dunia awal abad ini yang sedang berlangsung di Meko ditempatkan dalam kerangka fungsi eklesia, utamanya melihat relasi umat Allah berbeda agama yang turut serta dalam ziarah spiritual tersebut. Juga dapat menambah literatur dalam bahasa tulis, sebagaimana yang telah lebih dahulu dilakukan kawan lain.