English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

this widget by www.AllBlogTools.com

Minggu, 31 Maret 2013

Ikat Janji Kasih dan Makna Darah

(The Covenant of Love and The Significance of the Blood)

Suatu Ikat Janji (Inggris: Covenant), selanjutnya disebut sebagaimana diterjemahkan dalam Alkitab sebagai Perjanjian, dapat dilihat sebagai suatu persetujuan khusus yang didasarkan atas suatu hubungan antara dua pihak dengan beberapa persyaratan yang bisa berbeda oleh yang satu terhadap yang lainnya. Suatu perjanjian berlaku seumur hidup dan harus dimeteraikan dengan darah.
Ada banyak perjanjian dalam Alkitab. Marilah kita mempertimbangkan 3 perjanjian penting, yang pertama, perjanjian antara Tuhan dengan Abraham.
Lalu sujudlah Abram, dan Allah berfirman kepadanya: "Dari pihak- Ku, inilah perjanjian- Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. (Kej 17:3-5)
Bacalah seluruh pasal itu agar lebih jelas dan diberkati. Setelah kejadian itu, Abraham memenuhi salah satu persyaratan yang Tuhan tuntut dengan korban darah melalui sunat terhadap semua laki-laki dalam kelompoknya, termasuk dirinya sendiri.
Perjanjian yang kedua untuk direnungkan adalah perjanjian antara Tuhan dengan Israel di padang gurun, dimana Tuhan memberikan Taurat dan ke-10 Perintah kepada Musa.
Diambilnyalah kitab perjanjian itu, lalu dibacakannya dengan didengar oleh bangsa itu dan mereka berkata: "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan." Kemudian Musa mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata: "Inilah darah perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini." (Kel 24:7-8)
Perjanjian ini adalah yang ‘pertama’ bagi Israel, yang saat ini disebut sebagai Perjanjian Lama di dalam Alkitab.
Tuhan ingin kita berhubungan dengan-Nya melalui iman akan kasih karunia-Nya, sebagaimana Abraham. Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. (Kej 15:6)
Tuhan tidak pernah memaksudkan kita berhubungan dengan Dia melalui hukum, namun hukum itu harus diberikan karena, dalam ketegar-tengkukan mereka, Israel telah menolak tawaran keintiman dari Tuhan di Gunung Sinai (Kel  20:18-21).
Sebab, sekiranya perjanjian yang pertama itu tidak bercacat, tidak akan dicari lagi tempat untuk yang kedua. Sebab Ia menegor mereka ketika Ia berkata: "Sesungguhnya, akan datang waktunya," demikianlah firman Tuhan," Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka, pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Sebab mereka tidak setia kepada perjanjian- Ku, dan Aku menolak mereka," demikian firman Tuhan. (Ibr 8:7-9)
Perjanjian ketiga untuk direnungkan adalah Perjanjian Baru di dalam mana kita hidup sekarang ini!
Sebab inilah darah- Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. (Mat 26:28)
Ketika Yesus mati di kayu salib, tirai Bait Suci (Tabernakel) terbelah dua dari atas ke bawah, yang berarti bahwa itu dirobek oleh Tuhan sendiri.
Tabernakel menggambarkan 3 tingkat kasih atau keintiman:
1.    Pelataran menyatakan agape, kasih yang tak bersyarat, yang tersedia bagi setiap orang yang mau menerima kasih, keselamatan dan berkat-berkat dari Tuhan
2.    Ruang Kudus menyatakan philia, suatu hubungan kasih yang lebih intim yang ada di antara saudara-saudara dan/atau sahabat dekat
3.    Ruang Maha Kudus menyatakan eros, hubungan kasih yang paling intim yang bisa dimiliki oleh seseorang dengan pasangannya di dalam pernikahan, suatu hubungan yang bersifat privat-personal.
Dalam Efesus 5, Rasul Paulus berbicara mengenai suatu misteri. Dia sedang membicarakan mengenai bagaimana seharusnya hubungan suami dengan istri, dan ia menghubungkannya dengan Kristus dan gereja.
Suatu pernikahan adalah suatu ikat janji. Dalam rancangan Tuhan yang mengagumkan, pada hubungan intim mereka yang pertama, tirai keperawanan akan disobek dan darah akan tumpah. Betapa jauh lebih bermakna daripada itu, bukannya sang Mempelai Wanita (Israel rohani dan jasmani), melainkan Tuhan Yesus Kristus sang Mempelai Prialah yang telah menumpahkan darah-Nya dan merobek tirai Tabernakel, yaitu tubuh-Nya sendiri, agar sekarang kita bisa masuk ke hadapan takhta kasih karunia Tuhan untuk memiliki keintiman dengan-Nya!
Inilah panggilan tertinggi untuk Sang Mempelai Wanita! Tuhan Yesus Kristus telah mencurahkan darah-Nya bagi kita bukan hanya agar kita nanti bisa masuk ke dalam Sorga, namun agar kita memiliki suatu hubungan kasih yang telah dipulihkan dengan Dia saat ini juga di dunia ini. Ketika kita meresponi dalam iman sebagaimana yang Abraham lakukan, setiap hati kita akan disunat oleh Roh Kudus, dan kita dapat selalu memiliki keintiman terdahsyat bersama Dia!
Ini adalah kasih karunia terbesar, khususnya di akhir zaman ini! Maukah engkau meresponinya?
***
Selama†  Paskah 2013!

English version: http://warriorsofprayer.blogspot.com/2013/03/the-covenant-of-love-and-significance.html

2 komentar:

  1. sudah waktunya Papua yang akan mewakili tuk membuka tabir ruang maha suci dengan jalan Kristus Yesus sebagai Kepala Tubuh Kristus

    Ibrani 10:19-21

    BalasHapus
  2. Kami yan ada di daerah perbatasan RI-PNG
    Kampung Skouw yang melihat matahari lebih dahulu jadi semua akan dimulai dari kita

    BalasHapus

Since 18 December 2010

free counters